Laporan Fikar W Eda | Aceh Tengah
panthic.net, TAKENGON – Seniman Gayo, dari Arul Latong Aceh Tengah, Muazin Mudereje, berhasil merekonstruksi alat musik tradisional Gayo, “rebeb” yang sudah punah.
Usaha Muazin pantas mendapat apresiasi dalam rangka mengangkat kembali khasanah seni yang sudah hilang.
“Alhamdulillah, walau masih sangat sederhana, sudah berhasil kita buat,” kata Muazin secara memperlihatkan foto dan video alat musik “rebeb” yang ia dimainkan.
Muazin juga seorang peniup suling dan pembuat alat musik suling bambu. Muazin lahir di kampung Arul Latong, Kecamatan Bies Aceh Tengah pada 1995. Menyelesaikan pendidikan di FKIP Universitas Syiah Kuala program studi seni pertunjukan pada tahun 2020.
Kemampuannya bermain suling dan menguasai alat musik Gayo, menitis dari ayah dan kakeknya, yang dikenal masyarakat Arul Latong sebagai peniup suling hebat.
Ayahnya, Lukman pernah bermain suling gambus ketika masih bergabung dengan Grup Musik Gambus PGA Aceh Tengah. Kakeknya (bahasa Gayo, awan), bernama Mude Reje juga seorang pemain suling andal dan terkenal.
Muazin tertarik menciptakan alat musik “rebeb” setelah mendapat informasi bahwa ternyata masyarakat Gayo punya alat musik gesek “rebeb.”
Jejak alat musik “rebeb” ini tertera dalam buku “ATJEH” ALGEMEEN SAMENVATTEND OVERZICHT VAN LAND EN VOLK VAN ATJEH EN ONDERHOORIGHEDEN,” Karya J Kreemer, 1922, halaman 396, diterjemahkan pengamat budaya Gayo, Zulfikar Ahmad Aman Dio, dinyatakan bahwa:
“Rebeb atau Harebab adalah alat musik Gayo yang menggunakan senar. Alat ini mirip dengan biola, lebiola atau bilhola. Rebeb secara umum terdiri dari dua bagian utama, papan bunyi dan gagang. Papan bunyi Rebeb biasanya dibuat dari kayu nangka atau akar kayu selemeng berbentuk elip atau bulat seperti piring dan dilubangi pada bagian tengahnya. Pada bagian belakang ditutupi dengan kulit dari perut kerbau atau sapi .
#Seniman #Gayo #Muazin #Mudere #Berhasil #Rekonstruksi #Alat #Musik #Rebeb
Sumber : aceh.tribunnews.com