OLEH DALIL SUTEKAD, Pengajar Ekologi, Konservasi, dan Klimatologi pada Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
KEPRIHATINAN dan empati kita sebagai sesama warga anak bangsa selalu meledak hingga menyesakkan dada setiap kali menyaksikan derita yang harus ditanggung oleh saudara-saudara kita akibat banjir yang menenggelamkan rumah, sawah, jalan, dan semua yang dilalui oleh air yang ditumpahkan hujan dalam skala besar.
Air dalam skala massal yang sedang kembali ke laut itu secara brutal dan tergesa-gesa menerabas dan menghantam apa pun yang dilaluinya.
Itu terjadi akibat jalur resmi jalan pulang mereka ke laut, yang dalam kondisi normal melalui sungai, sudah tidak memungkinkan lagi.
Kapasitas daya tampung sungai sudah terlewati.
Air lantas keluar dari jalur resminya, meluap dan mencari jalur alternatif masing-masing untuk segera tiba di laut.
Pada titik tertentu, akibat faktor elevasi, rombongan air ini melambat gerak lajunya hingga nyaris terhenti dan menimbulkan genangan untuk waktu yang cukup lama.
Baca juga: Sembilan Desa di Aceh Utara Kembali Terendam Banjir
Baca juga: Waspada Banjir, Sebagian Aceh Diprediksi Masih Dilanda Hujan Hingga Tiga Hari ke Depan
Ketika air keluar dari jalur resminya dan mencari jalan masing-masing, di sinilah daya rusaknya terimplementasi.
Rombongan air skala besar ini menghantam apa saja yang menghalangi jalan pulang mereka.
Terkadang hantaman besarnya bahkan tidak mampu dihadang oleh tanah dan bebatuan, hingga gerusannya mampu menggeser posisi tanah dan bebatuan yang kemudian disebut longsor.
#Banjir #Teguran #yang #Terlupakan #Serambinewscom
Sumber : aceh.tribunnews.com