panthic.net – Ini adalah kisah tentang tradisi para perantau Aceh, khususnya asal Pidie Raya (Pidie induk dan Pidie Jaya), yang saling bahu membantu sanak saudara dan para pemuda desa.
Ada sebuah ungkapan tak tertulis di kalangan masyarakat Pidie, bahwa “seorang perantau yang sukses adalah yang bisa membawa serta sanak saudara atau anak muda di desanya ke perantauan.”
Tradisi ini masih dipegang kuat oleh para perantau dari Pidie.
Tak percaya? Coba saja datang ke desa-desa di pedalaman Pidie dan Pidie Jaya, tanya nama perantau yang telah sukses, dan tanya berapa anak muda yang telah mereka bawa serta ke perantauan.
Hampir semua desa di Pidie dan Pidie Jaya terkenal sangat kuat dengan tradisi merantau, mulai dari Reubee, Gampong Aree, Bambong, Sanggeu, Kembang Tanjong, hingga Beureunuen dan Mereudu di Pidie Jaya, semuanya punya tradisi kuat melahirkan perantau yang hebat.
Di antara para perantau asal Pidie itu, beberapa nama di antaranya berkibar di level nasional hingga internasional, seperti Toke Tawi, Ibrahim Risjad, Ismail Hasan Metareum, hingga yang terkini Surya Paloh dan Muslim Armas.
Nah, kali ini kita akan bercerita tentang satu sosok yang perjalanan karirnya mirip dengan almarhum Ibrahim Risyad, sang konglemerat asal Reubee, Pidie.
Sosok dimaksud adalah Teuku Makmur, pria asal Blang Awe, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya.
Saat ini, Teuku Makmur adalah pemilik dari 6 toko beras di kawasan Pondok Gede Bekasi dan serang, 1 toko yang menjual akuarium dan ikan hias, serta satu kafe dengan merek dagang Jo Koffie yang berada di Jl. Raya Hankam, Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
“Alhamdulillah sekali, karena saya berangkat dari Aceh dulu nol, nolnya malah nol besar,” ungkap Makmur sambil memainkan jari telunjuknya membuat lingkaran nol besar, saat diwawancarai Serambinews.com, di Jo Koffie Pondok Gede Bekasi, beberapa waktu lalu.
#Kisah #Diaspora #Aceh #Teuku #Makmur #Toke #Beras #Pemberantas #Pengangguran #Kampung #Halaman
Sumber : aceh.tribunnews.com